C'est Moi

Tertulis saja sebuah cerita yang tidak semua tentang saya atau kamu saja... tapi tertulis semua apa yang aku dengar dari mereka atau sekedar aku lihat dengan tak sengaja... Jadi bijaklah dalam menilai dan menafsirkan segala apa yang ada di "Hati Leny"

"Ho Scritto una storia d'amore senza inizio e senza fine per scriverla con te"

Pages

Jumat, 23 Desember 2011

Cerita Pendek :Tanpa Judul:

Gempar terdengar  di rumah yang sebesar kandang kambing itu. Semua dibantingnya,entah kenapa ayah sekalut ini. Bahkan mungkin besok aku akan makan dengan alas daun pisang. Ketiga kalinya aku pulang malam.

“apa salahku sampai ayah semarah ini padaku …??” ujarku heran melihat ayah yang biasanya begitu lembut namun sekarang seolah siap memakanku.
“masih bertanya…?? Apa yang kamu lakukan sampai pulang selarut ini,,kamu itu anak gadis”bentak ayahku yang biasanya begitu murah senyum.
dan aku melihat ayah sekali lagi memandangku dengan tajam. Dan membanting asbak yang ada di sebelahnya. Aku hanya bisa menangis,aku hanya seorang gadis belia berumur 16tahun. Tidak berani membantah ayah. Meskipun aku masih bingung kenapa ayah begitu marah besar padaku,padahal aku hanya pulang malam.

”maapkan aku ayah kalau aku menyakiti ayah,.”..ratapku.
ayah terdiam sejenak sembari menatapku,dan kemudian berkata “masuk…!!” sambil menunjuk pintu kamarku. Ayah sama sekali tidak menjelaskan kemarahannya malam itu disebabkan apa. Dikamar yang tak lebih besar dari kamar mandi ini aku tiduri dengan adik laki2ku yang berumur  6tahun. Aku menangis sembari melihati adikku itu. Kami yatim,tidak punya ibu. Dan ayah banting tulang untuk menghidupi kami.


Pagi hari aku sudah tidak nampak Ayah dirumah. Tidak biasanya ayah tidak mebangunkanku. Aku membantu adikku mandi dan menyuapinya sarapan. Dan sebelum aku pergi aku menitipkan adikku ditempat sodaraku yang tidak jauh dari rumahku. Aku berangkat kerja ,menuju pertokoan di pasar besar yang ada di daerahku. 

Hari itu sepertinya aneh,aku merasa di ikuti namun sekali dua kali aku menoleh tak seoarangpun ada di belakangku. Untuk kepasar aku perlu waktu 20menit karena aku harus berjalan kaki. Aku bekerja dari jam /9 sampai jam 1 siang. Bosku adalah seorang cina yang menurutku baik. Dia prihatin dengan kondisiku.
“sore ini luangkanlah waktu,dia membutuhkanmu” ujar koh liem dengan logat cina yang masih kental,itu nama bosku
“baik koh,tapi mungkin tidak bisa sampai malam seperti kemarin. Entah kenapa ayah saya marah saya pulang malam”jelasku pada koh liem,sembari kipas kipas dia menyanggahi penjelasanku.
 “baiklah,mungkin tidak akan sampai malam,nanti orang saya jemput kamu. Ini saya mau pergi dulu.jaga toko”
setelah berkata koh liem pergi. Jam 1 tiba aku mulai beres beres toko. Dan segera pulang untuk melihat keadaan adikku. Ayah jelas belum pulang,ayah pulang diatas jam 7 dan adikku akan tetap di rumah soadarku sebelum ayah atau aku menjemputnya. Setelah melihat kondisi adikku yang baik dan sedang bermain aku pergi menuju jalan raya,disitu jemputanku suruhan koh liem. Sampai di rumah dimana dalam seminggu ini aku sering kesana. Rumah yang mewah dan megah. Aku bekerja sambilan disana.


“atika,,mas dika sudah menunggu anda lama,dia dikamar..silahkannn..” pelayan rumah yang biasanya menyambutku dan kemudian mengantarkanku kekamar dika.
“terima kasih” ucapku kepada pelayan yang aku bilang sangat sangar.
“kembali” dengan halus dia menyauti.
aku tutup pintu dan melihat dika sedang melamun. Aku menghampirinya dan kemudian dia memelukku. Seperti biasa. Aku menemaninya lama. Dia tidak mengijinkanku pulang meskipun diluar sudah malam. Jam menunjukan pukul 9malam,dan aku teringat kemarahan ayah. Kemudian dengan sedikit rayuan aku meminta dika untuk melepaskanku dan membiarkan aku pulang. Dan pada akhirnya aku bisa pulang karena dika tertidur kelelahan.


Aku diantar penjaga rumah itu sampai jalan dimana aku dijemput tadi. aku merasa lelah dan merasa tidak enak badan. Dengan was was cemas aku membayangkan bagaimana ayah melihatku pulang kembali selarut ini. Aku bedoa pada TUHAN semoga ayah tidak marah lagi padaku. Aku mengetuk pintu tapi pintu tidak terkunci rupanya. Ayah sudah ada di ruang tamu dengan tatapan yang jauh lebih menakutkan dari pada kemarin. Tidak ada kesempatanku untuk menyapa atau memberi salam. Ayah berdiri dan langsung menyeretku tanpa ampun ke kamar mandi. Aku disiram tanpa ampun dan ditampar.

“anak tidak tahu diri,anak tidak punya moral,susah payah ayah membesarkan…”marah ayah tersengal karena kewalahan memegangiku yang memberontak.
“atika salah apa ayah??..”tanyaku yang selalu terpotong karena siraman dan tamparan dari Ayah. 
Mulutku berdarah,aku merasakannya namun itu tidak mebuat ayah berhenti menyiramku. Seoalah aku begitu kotor dan ingin sekali ayah membersihkannya. Aku menangis tidak kuat bertanya lagi. Sudah lelah karena bekerja dan harus menerima pukulan berulang. Dengan lirih aku memohon pada ayahku “ampun ayah,ampun” berujar tanpa tenaga samar terdengar suara ayah “tidak ada ampun untuk anak sepertimu,tidak bisa menjaga harga diri,biyar miskin tidak usah kita menjual moral”. Semakin lama semakin terdengar kecil suara ayah.dan lantas aku tidak mendengar suara apapun. Aku tidak sadarkan diri.


Lemas,aku seperti bermimpi buruk.saat membuka mata aku sudah ada dikamarku.  Aku ingin bangun dari tempat tidurku,namun semua ngilu,sekujur tubuhku terasa nyeri tidak tertahan. Dan aku meraba wajahku,bengkak dan satu gigiku tanggal. Ternyata bukan mimpi pukulan ayahku ini. Aku melihat ryan,adikku menangis. Dan ketika aku menyebut namanya dia justru datang memelukku. Entah kenapa mendapat pelukanya tidak membuat rasa sakitku begitu sakit,aku menerima pelukan adiku. Tapi justru aku terkaget karena aku melihat adiku lebih tinggi dari yang sebelumnya. Dan dia tidak menghampiriku dengan merangkak. Ryan berdiri,”dek,kamu bisa berdiri dek??” ujarku sambil memaksa untukk bangun. “mbak tika,terima kasih” dan ryan lebih erat lagi memelukku sambil menangis lebih sedu. Ayah masuk dan sejujurnya aku merasa takut,namun ketika aku melihat wajah ayah yang kembali hangat aku hanya bisa merintih dan menghampiri ayah.

“maapkan atika ayah,maapkan atika kalau atika mengecewakan ayah. Atika bingung ayah,kenapa ayah semarah itu dengan atika”menangis dalam sujudku pada ayah. 
Aku tidak berani menatapnya saat itu. Dan ayah mengangkatku kemudian aku melihat air mata ayah tumpah. 
“maafkan ayah tika”. 
Lantas ayah juga memelukku dengan erat. Bukan hanya rasa lega ayah tidak marah lagi,namun justru rasa heran dan bingung yang mendalam kenapa ayah tiba tiba seperti ini. “maafkan ayah nak,,ayah telah salah menilaumu” ulangi ayah dan lebih deras menangisnya. Aku melepaskan pelukan ayah dan kemudia aku menyeka air mata ayah. 

Terdengar suara yang berlari mendekat ketempatku berada sekarang. “mbak tika….. “teriak dika,aku kaget kenapa dika bisa sampai kesini. Seorang anak laki laki berumur 5tahun penderita autis ini lantas menyongsongku. Aku berjongkok dan menyambutnya. Dia menatapku dalam,dan menyentuh pipiku yang memar dan bengkak. Dengan kepolosannya dia berujar “kakak tika,kemarin kog tidak datang,dika main sendiri” rengek dika. Aku baru tersadar ternyata sudah dua hari aku tidak bangun. Ayah dan ibu dika cik melin dan koh liem menghampiriku,
”syukurlah kamu orang sudah sadar tik”ujar koh liem. “untung saja dika ingin ketemu kamu orang jadi kami bisa tahu kondisi kamu orang,dokter bilang kamu kecapekan,dua hari kamu orang ridak sadar” tambah cik melin.
Iya,sesungguhnya saat itu aku sudah demam dan harus kena air malam,mungkin itu sebab aku jadi tidak sadarkan diri.

“bu melin dan pak liem sudah bercerita kalau kamu sering pulang malam karena mengasuh putranya,maafkan ayah yang mengira kamu menjual diri tika”. 
Ayah kembali menangis setelah penjelasannya. Aku kaget.ternyata kemarahan ayah disebabkan itu. Dan aku tidak menyalahkan ayah karena anggapan ayah seperti itu. Itu juga karena kesalahanku yang tidak menceritakan pekerjaan sampinganku. 

“tidak apa ayah,ini juga semua salah atika yang tidak bercerita. Atika hanya ingin mengumpulkan uang untuk bisa membeli kaki palsu untuk ryan”. Ucapku sambil kembali tersedu. Dan kini ryan menghampiriku.
“bapak dan ibu ini memberikan ryan kaki palsu mbak,jadinya mbak tidak perlu kerja lembur lagi” adikku ini lah yang menjadi kekuatanku.
“terima kasih koh ,cik terima kasih banyak” aku memegang tangan koh liem dan cik melin
dan tidak menyangka cik melin mengelus rambutku
“tidak atika,justri cacik yang berterima kasih karena kamu orang mau menemani dika. Dan dika begitu menyukaimu. Dan kita orang tahu kamu bekerja keras untuk adikmu. Jadi kaki palsu ini untuk bonus buat kamu orang dan adik kamu.” Dengan ramah cik melin berkata.

Dan semua jelas hari itu. Ayah yang mengira aku menjual diri samapi mengikutiku tempo hari akhirnya tahu alasanku  kenapa pulang malam dan kenapa aku diantar jemput mobil. Dan ayah meminta maaf atas kekasaran ayah. Aku tahu ayah hanya tidak ingin aku rusak,maka ketika ayah mengira itu dia sangat marah. Sekarang aku rutin menjaga dika. Sekali dua kali dika main kerumahku. Dan aku juga menemani dika untuk  terapi.Dan aku senang melihat ryan bisa berjalan seperti anak yang lain. Dia bisa sekolah sekarang aku bisa mebantu ayah membiayai sekolah ryan dari gajiku di toko dan gajiku menjaga dika. Dan bersyukur ryan bisa diterima diantara teman temannya. Seperti itulah,sepanjang tahun hari demi hari aku lalui bersama ayah dan ryan dengan bahagia. Dan dika semakin menunjukan kemajuan di terapinya. Terima kasih TUHAN.

Senin, 19 Desember 2011

Super MAMA :Hero:

Dari sekitar 20 posting aku,Cuma sekali aku bahas tentang My “MAM”,dan itupun singkat padat dan maybe kurang jelas.

“Yanti Nur Laila” nama yang indah,seindah tugasnya dimuka bumi ini. Nama itu di takdirkan untuk menjadi seorang “SUPER MAM” bagi seorang calon janin,berkembang lahir menjadi baby,berevolusi menjadi seorang anak gadis yang kemudian bertranformasi menjadi wanita yang tak karuan tingkah polah dan “goreng” adatnya yang lain dan tak bukan adalah “AKU”. Yes,my “MAM” is everything for me. Gila kata pertama yang keluar dariku buat tugasnya di dunia ini. "Menjadi Mamaku".

Kuat sabar dan penuh kerelaan meskipun keras dan cerwet tak lepas dari sosoknya. Mamaku tidak lebih tinggi dariku,kecil dan kurus “cungkring” dengan wajah yang tirus dan rambut yang tidak pernah panjang sampai sebahu. Cempreng suaranya mamaku ini,suka banget cerita ceriti tentang masa mudanya yang kadang jenuh sangat aku mendengarnya. Tapi mama gak terlihat jenuh ketika mendengarkan cerita ku. Kalau mama ketawa keras banget tanpa jeda( ciri khasnya).

Aku tidak tahu hari,tanggal,bulan dan tahun berapa mama lahir. Aku tau namanyapun waktu SD kelas lima atau enam,pas mama harus di opnam di ruma sakit. Aku baca nama mama yang di pasang di pintu. (sungguh  aku anak yang kurang fasih).

Mama.. terbatas. Mama ku bukan seorang sarjana tapi pantas untuk mendapatkan gelar tertinggi dari semua gelar yang ada di sebuah institusi atau gelar apapun yang ada di dunia ini. Mama memberiku kesempatan untuk hidup. Mamaku bukan mama biasa. Yang membuat tidak biasa adalah mama harus menjadi ibu dari anak badung sepertiku.

Saat aku duduk dibangku Sekolah dasar. itu adalah masa ketika mama benar menunjukan peranya. Jarak sekolahan dari rumahku biasanya aku tempuh pake sepeda atau jalan kaki. Tidak bisa dikatakan dekat, mungkin ketika berjalan sendiri tidak akan memakan banyak tenaga. Tapi mama menghabiskan tenaganya untuk mengantar jemputku,tidak biasa tapi caranya,mama menggendongku hampir selama dua minggu.  Karena ketika itu,karena kebandelanku sendiri kaki kananku kena ruji sepeda(sampai sekarang bekasnya masih ada). Aku tidak bisa berjalan,kalaupun bisa aku tidak mau berjalan. Super sekali bukan….??? menggendong adalah bentuk kasihnya untukku.

Mamaku hebat bukan,dan mamaku selalu menjadi mama yang demokratis. Tidak pernah sekalipun melarangku jika aku ingin ini itu. Meskipun sesungguhnya aku tahu sedikit ada rasa “tentang” namun mama lebih memilih diam dan mengalah.

Mamaku selalu memenuhi mauku,memenuhi permintaan dan keinginanku. Mamaku hebat,dia sanggup terjaga semalam suntuk saat aku sakit. Mama ku banyak mengalah untukku.

Sampai saat ini,sampai aku berumur 20+ tahun. Mama masih memenuhi kebutuhanku. Untuk makanpun mama masih sering menyiapkan untukku,mengambilkan untukku. Nyetrika,nyuci baju yang harusnya aku lakukan sendiri,mama masih sering membantuku. Ketika kamarku berantakan dan belum sempat aku rapikan,kemudian pas aku pulang sudah rapi ajah,dan itu kerjaan mama. kadang meskipun sering aku tegor untuk jangn melakukan,mama masih bandel ajah. Semua hidupku dari mama,semuanya tak terkecuali.

Namun untuk semua yang di berikan mama untukku,aku belum mampu menyeimbangi kehebatanya. Aku belum fasih benar untuk menjadi anak yang baik buat mama. Aku sering sekali mengomel tentang masakan mama,sering sekali berdebat sama mama, dan aku selalu melakukan segalanya sesuka hatiku tanpa peduli sama maunya mama. Aku  pernah membuat mama sangat khawatir,aku tidak pulang ke rumah dan kabar yang aku kasih nggak nyampek. Dan aku pernah membuat mama menangis karena aku kecewa dan ngambek ketika mama tidak bisa menuhi kemaunaku.

Besar jasa mama untukku. Mama tahu benar kondisi jiwaku,mama tahu benar ketika aku marah,sedih atau sedang malas untuk apapun. Dan mama tahu kapan harus mengajakku bicara. Aku juga sering menyalahkan mama untuk sesuatu,dan itu terus ku ulangi tanpa memikirkan perasaan mamaku. Mama berjasa untuk hidupku,dia tanpa pamrih. Ketika aku tidak punya pegangan uang mama memberiku uang yang dia punya. Tapi ketika mama tidak punya sepeserpun dan tidak aku beri,mama hanya diam dan tidak pernah meminta.

Mamaku itu hidupku. Dan yang menjadi alasanku hidup sekarang ya Cuma mama.Tak ada yang lainpun tak apa,aku hanya butuh Mama. Semoga aku cepat sadar,agar  hati pikiranku sehat. Jadi aku hanya akan memberikan mamaku itu kebahagiaan bukan hanya kesukaran kesusahan dan segala macam yang meberatkan mama. Aku minta maaf mama,dan terima kasih untuk segalanya.

“ya ALLAH,berilah mamaku kebaikanMU,besertalah DIA selalu,Engkaulah sebaik baiknya Pelindung,lindungi dia dimanapun kapanpu. Dan berikan MAMAku panjang umur agar mama merasakan kebahagiaan yang tak tertara dariku nantinya,berikan dia kesehatan dan kekuatan ya ALLAH,,berilah mama yang baik dari yang terbaik,AMIN
(doa untuk MAMA)

Semua buku tak ada definisi tentangmu mama..
secara harfiah dan istilah…

tak ada satupun pahlwan di bumi yang mampu mengimbangi jejakmu…
bahkan gambaran surgapun ada dihamparan telapak kakimu mama…
besar dan Hebat...

Engkau segalanya,,,

bahkan TUHANnpun mengajakmu menyatukan restu..
tanpa restumu,TUHANpun tak mau
Betapa istimewa mama bagi bumi…
dia menjunjung derajatmu setinggi nya hamparan…

Mama… seorang gila
siap untuk meregang nyawa…
Mama… seorang nekat
yang tak peduli sakit yang harus di dera..
Mama… seorang pejuang
yang hendak memerdekakan sebuah kehidupan ….
Mama bukan mau untuk jadi mama..
tapi mama terima kehendak TUHAN atas dirinya untuk jadi Mama
Mama tak berkeluh akan susahnya…
berhari,berminggu,berbulan dan berpuluh tahun mengabdi hidupnya…

Mama tidak ingin dipuji,,,tidak pula ingin diberi ganti…
Mama hanya ingin menghidupkan sang putra putri…
Mama…. Ku puji kau dengan doa..
semoga TUHAN menerima dan mengijabahnya..

Spesial buat MAMA.

Quote:

ibu adalah bumi dan seisinya yang ada untuk hidup kita

                           -----By.Leny Dy


My Sunday :Kosong:

Minggu,18 Desember 2011

Penghujung tahun 2011, dua minggu lagi memasuki tahun 2012. Minggu ini adalah minggu yang masih sama setelah oktober kemarin. Minggu yang berbeda dari tiga tahun belakang yang kemarin. Mingguku sepi sendiri. Mingguku di penuhi dengan kegelisahan,dengan kebimbangan dari sebuah kenangan dan kebiasaan kebiasaan yang dulu aku alami dan lalui.

Minggu ini jam 13.30 Wib di sebuah ruang tamu yang tidak besar dengan sebuah meja ,kursi panjang dan dua kursi personal. Ditemani dengan keadaan yang berantakan dan 6 bungkus kwaci matahari. Dan dengan back song Snow Flowerpack – Ost . I’m Sorry I Love you. Tetap sendiri dengan keterbatasan kesenangan.  Siang hari dengan terik matahari yang seimbangan setelah kemarin semalam suntuk hujan.

Menghela nafas dan menyunggingkan bibir,entah senyum manis atau hanya senyum kegetiran dengan keadaanku yang sekarang. Sudah lebih dari sepuluh minggu ternyata. Namun belum sedikitpun aku bisa mengatakan mingguku adalah minggu ceria. Mingguku masih hidup dengan penuh kenangan darinya. Bagaimana mungkin aku tidak menangis karena mengingat,semua begitu indah,setiap detiknya begitu berharga. Dan aku sangat sayang untuk melupakannya. Meskipun jika aku tidak mengingat akupun tidak akan menjamin aku lupa.

Bagaimana mungkin sebuah pikiran bisa di ajak berkompromi dengan hati untuk menghapus sebuah perasaan. Kalaupun bisa itu adalah sebuah ke egoisan dan pemaksaan. Bukan karena ingin terlarut dalam sebuah perasaan dan jatuh menjadikan sebuah kesedihan,ketika kita mengingat itu semata-mata karena sebuah kejujuran bahwasanya perasaan memang tidak pernah bisa untuk di tahan. Namun,Tapi mungkin terbalik dengan sebuah Quotes yang aku baca yang bunyinya seperti ini :
“dan jika kamu merasakan cinta pada seseorang,maka diamlah jangan pernah kamu mengatakan dan menunjukan,dan jika kamu akhirnya mati dalam sebuah kesabaran,niscaya kamu mendapatkan tempat di surgaNya”
Mungkin Quote ini ditujukan pada mereka yang menjadi Akhwat dan Ikhwan sejati. Atau seorang sufi yang tidak lagi mengharapkan sesuatu di dunia selain TUHANnya. Namun aku berbeda. Aku adalah Leny,seseorang yang masih sangat dekat dengan hawa nafsu dan dengan segala keinginan hidup di dunia ini. Masih mengharapkan sebuah cinta,mendapatkan sebuah cinta,dan segala sesuatu yang akan membahagiakan untuk hidupku. Aku belum bisa menahan perasaanku atasnya. Belum bisa untuk tidak bilang aku merindukannya. Mungkin itu sebuah dosa,tapi secara egois aku berharap untuk tidak ada yang menyalahkan dosaku.

Mingguku selama 3 tahun aku lewati dengan sebuah kesenangan,kegembiraan dan kebahagiaan dalam sebuah kebersamaan. Bagaimana aku berjam jam menghabiskan waktu bersamanya,kita bercanda,ngobrol dan segala macam kegiatan yang semakin memakan waktu.

Pagi itu, jam 10 kurang kadang lewat,dan aku mendengar salamnya saat dia datang,mengetok pintu rumah. Dan saat sebelum itu aku berkaca berkali kali,aku tidak ingin terlihat jelek,aku semprotkan sebanyak mungkin minyak wangi agar jika bertemu dia mencium bau harum dariku. Aku menata rambutku,menata poni agar lebih menunjang penampilan. Minggu yang biasanya aku tanpa mandi,jika tahu dia akan datang maka aku mandi lebih awal. Begitulah mingguku selama tiga tahun.bagaimana gusarnya aku memilih baju untuk aku kenakan saat akan bertemu. Aku memang tidak sempurna namun aku tidak ingin terlihat begitu kurang untuknya.

Dia datang dan masuk, mulai bercerita dan menghangatkan suasana. Kami tertawa,terkadang sekali dua kali dia membelai rambutku. Dan lebih sering untuk mengacak poniku. Tangannya begitu halus,lebih halus dariku yang seorang wanita. Berdekatan membuatku lebih tenang “ayem” banget. Dan sepuluh minggu tidak aku lalui dengan hal hal seperti itu. “Gloomy Sunday”. Bahkan di minggu minggu pertama adalah minggu terberat dengan segala ketakutanku. Aku bukan takut pada hari minggu. Aku lebih takut untuk bangun dan mengingat minggu minggu laluku. Bahkan sebelum fajar datang aku telah bangun untuk menangis. Tentu bukan kehendak pikirku,tapi perasaan. Bagaimana sedihnya aku. Bagaimana ketika aku memejamkan mata namun dengan kesadaran ingatanku atas masa lalu,aku meneteskan air mata. Setiap pagi aku sulit untuk bangun,sulitnya adalah karena aku sendiri yang menghendaki untuk tidak bangun.

Sudah berbagai cara aku lakukan untuk supaya aku melupakan mingguku yang terasa menyesak karena telah mengambil banyak keberanianku. Sudah dengan  teman temankuyang  selalu menyemangatiku. Tapi ketika semangat itu datang entah kenapa aku lebih keras menangisnya. Seolah itu adalah cara terakhir untuk meredakan kegelisahanku atas Minggu. Bahkan akupun seperti tidak ingin melihat bagaimana gambaran jelas mingguku dulu,aku mengubah posisi meja dan kursi di ruang tamu yang menjadi saksi bisu betapa bahagianya aku dulu. Dan kini aku menghabiskan mingguku dengan bermain dimana saja dengan siapa saja dan kemana saja. Terkadang jauh dari rumah mebuatku lebih bisa untuk tidak mengingat. Ya  meskipun pada akhirnya aku harus kembali mengingat.

Lucu.. akupun menangis saat menulis ini. Tidak ada maksud apapun aku menulis ini selain menenangkan dan untuk melegakan hati yang sedang meratap. Semua adalah isi dari otakku yang bekerja lebih keras dengan hasrat melupakan. Namun karena tidak juga lupa menjadi sebuah uneg uneg yang menempati ruang hati dan pikiran,dan menjadikan penuh sesak. Jadi aku membuang sebagian itu dengan sebuah tulisan.

Bukan sebuah pilihan seseorang bersikap picisan sepertiku. Bukan sebuah kemauan mencacatkan hati sendiri. Yah itu semua nasib sesungguhnya. Namun merupakan sebuah nasib yang masih bisa kita ubah alurnya. Jika nasib kita menangis hari ini, kita bisa menahan tangisnya sebagai pengubahan takdir. Jika kita sedih hari ini maka cari dan berusahalah membahagiakan diri. Hati dan otak memang terkadang tidak dapat disatukan. Kita tidak bisa begitu saja menyalahkan perasaan atau sebaliknya. Mereka sesungguhnya telah bekerja keras untuk dapat bekerja berkesinambungan, namun yang keliru adalah kekurangan control diri kita dan lemahnya manajemen untuk mengatur dan mengorganisir sebuah perasaan dan pemikiran secara logis.

Quote

Mengingat lebih bijaksana dari pada harus melupakan dengan sebuah pemaksaan yang menyakitkan

                           ----By. Leny Dy

Jumat, 16 Desember 2011

IZZAH dan IFFAH :kegelisahan:

12.00 wib. jumat 16 Desember 2011

Hari ini sebuah kegilisahan menghampiriku. Begitu seketika aku lantas berfikir. Bukan tentang sebuah perasaan yang sering aku koarkan. Andilau “Aku nembe sedih dan galau” yah aku sedang merasakan itu,bukan karena masalah cinta ataupun apapun yang bersangkutan dengan perihal tersebut.
Sedikit mengalami keresahan. Aku sedikit sekali mengetahui istilah istilah dalam agamaku. Sedikit benar aku mendalami agamuku sendiri. Hal kecil memang yang aku resahkan hanya arti harfiah sebuah kata. Yah keresahanku datang  setelah aku membaca status seorang kawan di jejaring social atau umum kita sebut Facebook. Dia berkata :

Assalamualaikum… Siapapun kau yang dikirimkan-Nya padaku nanti,malam ini aku limpahkan doa untukmu agar senantiasa menjaga IZZAH dan IFFAH

yah dua kata yang kemudian menjadi keresahan bagiku IZZAH dan IFFAH,yang pada mulanya aku tidak paham benar  tentang Terminoligisnya. Atau definisi pengistilahan itu. Karena ketidak pahamanku yang mendalam tentang kedua arti kata itu. Jadilah aku mempelajarinya lebih, dan kemudian memunculkan definisi tentang kedua kata tersebut,


IZZAH (kemuliaan diri) adalah kehormatan perempuan sebagai seorang muslim.

IFFAH (kesucian diri) adalah bagaimana seorang muslimah dapat menjaga kesucian dirinya dengan mampu menahan dirinya dari perkara perkara yang diharamkan oleh ALLAH SWT.


Dan aku merasa telah tidak mampu menjaga izzah dan iffahku. Bagaimana aku dulu sangat tidak menjaga izzah dan iffahku (aku bukan PSK,PK ataupun sejenisnya dan aku tidak melakukan perbuatan seperti yang bisa mereka lakukan) namun yang aku maksud adalah dalam kaca sederhana kehidupanku. Tidak menutup aurat,bergaul dengan bebas (bukan free sex) tepatnya aku dengan bebas kemana saja,dan kala itu aku tidak menutup aurat,berdekatan dengan seorang pria tanpa batasan meskipun mereka adalah aku sebutnya seorang sahabat. Sesungguhnya body contackpun tidak diperbolehkan sebenarnya dalam agamaku jika kita bukan seorang mukhrim. Namun tidak dengan ku ,aku bersama sahabat2ku sering sekali bersentuhan,pegang tangan atau pundak. “maaf aku Khilaf” saat itu. Apakah bisa aku dikatakan menjaga kesucian dan kehormatan.Lantas kemudian apakah masih benar jika aku mengharapkan seorang ikhwan sejati untuk menjadi seorang pendampingku nantinya.

Dalam kancah yang sangat sederhana, semisal kita pacaran tidak jarang kita bersentuhan meskipun sekedar bergandengan. Harusnya memang tidak boleh kan itu tapi yah bagaimana kala kita sedang kasmaran lupa sama dosa tidak munafik akupun ya pernah kog ya begitu itu. Ketidak bisaanku menjaga izzah dan iffah adalah masih dalam konteks pergaulan yang ringan. Gimana aku masih sering membuka aurat didepan teman temanku(bukan mukhrim), body contack dengan lawan jenisku yang bukan mukhrim dan perkataankupun bisa juga sangat merusak kehormatanku dan kesucianku. Seringnya aku memaki,menghujat dan banyaknya kata kata yang tak pantas dikatakan seoarang wanita. Ya sifat tempramenku yang kadang terlalu frontal justru seringnya mencoreng IZZAH ku. Bagaimana dengan tingkahku yang blangsat ini,bergaya seperti lelaki, bagaimana mau mencerminkan dirku sebagai seorang wanita muslimah ,sebagai wanita biasa saja aku kurang pantas.

Bagaiman seringnya mama dan yang lain komplain dengan tingkahku. Yang katanya aku harus menjaga sikap. Yah begitulah aku yang tidak mampu menjaga hakekatku sebagai seorang wanita muslimah. Sadar akan sulit merubah tabiat yang telah mengakar hampir selama hidupku.

Kemudian rasa resah yang aku rasakan menjadi sebuah ketakutan. Bagaimana TUHAN memandangku sebagai seorang wanita muslim yang belum cukup mampu menjaga kemuliaan dan kesucian dirinya. Mungkin aku bisa tenang karena tidak banyak yang tahu bagaimana kegagalanku menjaga itu semua. Aku tidak khawatir bagaimana seorang lelaki memandangku, karena aku bisa menutup rapat dan menjadikan kegagalanku adalah sebuah rahasia. Aku masih bisa terlihat sempurna dimatanya.Namun bagaimana dengan TUHAN,DIA yang tak pernah tidur DIA yang Maha Mengetahui,DIA yang Maha Malihat. Sungguh aku malu. Meskipun sekarang aku telah meretas mencoba memperbaiki diri dengan menutup auratku. Namun aku masih begitu “ringkih” untuk tidak berbuat sebuah keburukan. Kalau kata Cak Nun masih “magang antara neraka dan surga”. Masih sangat gampang untukku menikmati produk “Larangan TUHAN”.
Izzah dan iffah tidak harus hanya di jaga di kehidupan nyata kita. Bagaiman dengan Facebook. Hadewww saya tidak enak hati setelah di singgung tentang itu. “bagaimana mungkin kamu berjilbab tapi meng unggah foto dengan rambut yang terlihat alias nyopot jilbab”. Yah maklum kalau akukan baru juga gak lama berkecimpung di dunia perjilbapan. Yasudah untuk foto yang tak berjilbab aku privatkan saja jadinya. Perbaiakn izzah dan iffah harus diretas dari mulai hal terkecil yang tak ternalar.

Dan aku begitu menyesal bagaiman mungkin aku bisa sangat bodoh untuk tidak menjaga IZZAH dan IFFAH ku. Aku memang bukan seorang muslimah yang beragama baik,sehingga godaan dan hafa nafsu begitu mudah menempel dan meracuni diriku. Sehingga aku tak urung melakukan segala pekara pekara yang di haramkan, pekara pekara yang tidak dianjurkan yang menjadikanku seorang pendosa karena itu.
Sekarang aku merasa malu pada diri sendiri dan pada TUHAN terutama dan mungkin akan merasa malu pada calon pendampingku nanti(aku tidak menjadi muslimah sempurna baginya). Dan Aku belajar sedikit dari sekarang untuk menata diri, aku ingin untuk kemudian ada seseorang yang memuliakanku dengan segala keterbatasan pribadi yang aku miliki. 

Ampuni aku ya ALLAH,atas setiap tindakan,setiap perkataan dan setiap perlakuan yang mengecewaknmu, Ampuni Ddiriku yang hanya bisa untuk berdekatan dengan pekara yang tidak pernah KAU anjurkan. Berilah aku sebuah kebaikan dari setiap rasa sesalku yang kian mendera batin. Ya ALLAH dan berikan aku kesempatan untukku bisa melebur dosa dengan sebuah kebaikan. Bantulah dan tuntun aku ke jalan yang wajib bagiku dulu yang karus ku lalui sebagai seorang muslimah.”……
(doa Len dalam kegelisahan)


******

Diatas bukanlah sebuah teori untuk menunjukan apapun. Tulisan diatas adalah sebuah bentuk lubernya kegelisan dalam hatiku. Lantas bukan karena perkataan dan penguraianku itu aku akan menjadi seorang Akhwat sejati. Tentu tidak,proses belajar yang panjang masih harus aku lalui. Aku hanya mengawali uraianku dalam kehidupan nyataku dengan sebuah “NIAT”. Dan kemudia aku berharap akan banyaknya kebaikan kebaikan yang bisa aku dapat sehingga suatu saat kelak aku bisa menjadi akhwat sejati. Tentunya bukan hanya dari penampilan,yang aku harapkan sejati dari hati ini.

Terima kasih untuk “Najib” yang mebuatku memunculkan sebuah “pertanyaan” dalam diri yang kemudian aku berusaha mencari jawab atas pertanyaan itu. Dan jawaban itu mampu memunculkan sebuah NIAT dari dalam diriku untuk menjadi seorang yang baik.

Aku tidak akan tiba tiba “ujug ujug” jadi muslimah yang baik dan benar. Aku yakin pasti masih jadi wanita blangsak yang sesukanya. Tapi mungkin dengan sebuah kain yang menutupi rambutku bisa menjadikan ku tau diri dan tau batasan. Aku juga gak mau lah di kiranya jilbab ini Cuma sebagai topeng. Yah tapi bagi kalian yang mengenalku harap maklum jika masih melihatku melakukan atau berkegiatan yang tak pantas untuk seorang wanita muslim. Aku kan masih belajar, tahapan tahapan untuk kesempurnaan belum aku mulai. Harap doanya saja supaya aku lebih baik lagi. Dan  NIAT menjadi awal pijakanku menjalin kasih dengan tahapan tahapan yang kemudian akan mensejatikanku sebagai seorang wanita muslimah.AMIN

*********

Kawan kawanku yang baik. Mari kita bahu mebahu perbaiki diri. Supaya ketika kita berhadapan dengan takdir,kita bisa membusungkan dada dengan bekal yang kita bawa.

Semoga ALLAH beserta kita selalu. AMIN


Maafkan jika pendefinisian atau penguraianku tentang terminologi izzah dan iffah tidak sesuai dengan konsep makna dan maksud sesungguhnya. aku hanya menggambarkan dari aspek sudut pandangku yang minim paham tentang makna IZZAH dan IFFAH. 



Siapapun yang ingin membenarkan uraianku akan sangat aku terima. semoga tidak banyak kekeliruan pahamku dalam artian izzah dan iffah sehingga tidak menimbulkan kekeliruan penafsiran bagi para pembaca. Terima kasih =)


Quote :

"simpan yang berharga darimu untuk Dia yang berharga bagimu"                                                                                                 
                                                                                         ------By. Leny Dy

Manusia :antara bodoh dan pintar: kepada TUHAN

Masa masa awal ketika kita sedang merasa terpuruk adalah masa masa premature. Dimana kita sangat rentan dengan dua kata “bodoh” dan “pintar”
Terpuruk yang bisa kita istilahkan sebagai subuah “cobaan” atau “masalah” terkadang bisa membuat kita sangat bodoh.

Dan aku ingin memberikan gambaran kebodohan itu. Dalam kebodohan itu menjadikan kita seorang yang tuli,buta dan bisu.

Tuli . Telinga kita bisa mendengar sesungguhnya,namun telinga itu tidak difungsikan sebagai mana mestinya. Ketika ada sebuah perkataan,sebuah nasehat yang datang untuk menenangkan justru kita tidak ingin mendengar. Bahkan terkadang kita justru sengaja tutup telinga dari nasehat nasehat orang lain. Merasa bahwa nasehat itu adalah teori. Dan pasti tercetuslah dalam pikiran atau hati kita “gampang saja mereka bicara,coba kalo mereka ada di posisiku” aku yakin bukan hanya aku yang seperti itu dalam kondisi yang sedang di coba,beberapa dari yang lainpun se arah dengan yang aku sampaikan(mungkin,namun tidak banyak).

Buta. Kita memiliki sepasang mata yang masih normal yang seharusnya masih bisa untuk melihat,namun justru sengaja menutup mata. Dan tidak mau tahu keadaan sekitar seolah yang terluka terpuruk adalah hanya kita. Kita lupa masalah berat tidak hanya menimpa kita. Dan mungkin justru orang lain lebih mengalami kesulitan dari pada apa yang kita alami. Tp mungkin mereka tidak se”Lebay” kita dalam menghadapi masalah. Namun cobaan yang justru menjadi kan kita buta atas kehendak sendiri adalah menunjukan bahwa kita tidak memilki kelapangan dan cenderung jauh dari TUHAN. Buta yang dibuat sendiri adalah bentuk ke dzaliman pada diri sendiri. Karena kita menutup peluang untuk lebih berbahagia.

Bisu. Masih memilki suara merdu kita namun tak sekalipun berucap syukur atas masalah yang merupakan cobaan dan bentuk kasih dari TUHAN. Kita hanya membatin betapa sulit yang kita alami. Mulut kita tak berujar apapun dalam keterpurukan. Hanya diam. Dan sekalinya berucap hanya rentetan kemarahan cacian yang samar terdengar karena luapan emosi yang hanya menjadikan banyak kata itu seolah tanpa artian. Dan ujaranyapun tidak akan jelas terdengar hanya bicara menyeret.

Tuli Buta Bisu adalah efek dari kebodohan manusia dalam menyikapi masalah. Terkadang manusia yang sepertiku, egois arogan dan terlampau tidak tahu diri kadang terjebak dalam tiga perkara itu. Merasa bahwa aku adalah orang yang paling menderita sedunia. Tidak memperdulikan nasehat orang lain,tidak mau melihat di sekitar bahwa ada yang jauh lebih kesusahan dariku dan tak mau berkata apapun selain rasa marah dan kecewa dihati. Itulah aku saat TUHAN menunjukan kasihnya dan aku justru menjadi manusia bodoh.
Semestinya jika kita memiliki TUHAN di dalam hati,maka kita akan memaknai  setiap cobaan adalah bentuk ilmu yang mengajarkan kita pada hakekat kehidupan. Memintarkan kita sebagai makhluk TUHAN. Hendaknya kita sebagai seorang yang beragama dan berTUHAN menggunakan pikiran untuk menafsirkan setiap permasalahn yang ada. Agar kita tidak menjadi manusia yang bodoh dan manusia yang tidak beruntung karena salah mengartikan kekasihan TUHAN pada kita.

Aku sadar benar bagaimana bodohnya aku ketika mendapat cobaan dari TUHAN,lupa segalanya. Itulah sifat dasar manusia luput lalai dan lupa. Aku mulai bisa berpikir setelah beberapa saat lalu aku merasa diuji oleh TUHAN. Ujian yanga ku rasakan sebagai batu pijakan menuju ke sebuah pemikiran yang dewasa,yang mampu melapangkan hatiku seluas luasnya. Aku mulai megibaratkan dan mencontohkan cobaan TUHAN adalah cobaan seorang kekasih pada kekasihnya. Semisal : Kita begitu sangat menyayangi pacar kita namun ada kalanya kita ingin tahu seberapa besar rasa sayangnya pada kita sehingga kita memberinya ujian dan berbagai macam cobaan agar kita tahu seberapa kuat dan besar cinta kasihnya untukku kita. Jika memang pacar kita bersungguh sungguh menyayangi dan mencintai kita dia akan terima segala ujian itu dengan sebuah kemantapan dan keyakinan “aku mencintaimu,maka akan aku lakukan apapun untuk bisa meyakinkanmu”. Dan ketika kita melihat kesungguhan hati pacar kita pastinya kita akan jauh lebih menyayanginya bukan. Akan memberinya cinta kasih yang lebih besar dari sebelumnya.Maka itulah TUHAN pada kita,karena rasa sayang DIA menguji kita. Dan tak akan terelakan jika kita menjadi seorang yang pintar karena ujian itu maka kita akan lebih dekat pada TUHAN.

Hidup yang sekali ini jangan lah di sia siakan dengan perkara perkara yang menjauhkan diri kita dari TUHAN. Tidak harus kita menjadi seorang kiai,bergelar haji atau hajah,menyandang tittle ustadz atau dikenal sebai ulama besar untuk bisa lebih dekat dengan TUHAN. Kita hanya perlu mengisi dan membentuk hati seperti seorang tukang becak (jemaah maiyahan GS) yang dengan lugu namun penuh ketetapan dan keyakinan berujar berujar dala segala keterbatasan “gusti ALLAH mboten sare”. Iyah ALLAH tidak pernah tidur DIA sebaik baiknya pelindung dan penjaga. Aku ingin hidup pintar dengan memaknai hidupku tidaklah sulit ketika aku menyimpulkan segalanya dengan cerdas,bahwa semua kehendak TUHAN semua titah TUHAN. ALLAH begitu dekat denganku namun keseringan aku lupa tidak mebuat ALLAH menjauhiku. 

Kemarin adalah masa masa aku terpuruk dan ALLAH mengajariku berfikir cerdas. Akan selalu ada jalan keluar akan selalu ada kebaikan. Kita hanya perlu yakin untuk kuasa TUHAN atas diri kita. Dan DIA tidak akan berlaku semena mena tanpa maksud kepada umatNya.
Ada hikmah dan makna di balik setiap pekara pekara yang timbul,ingii bodoh atau pintar bukan sebuah takdir pasti. Membodohkan diri atau memintarkan diri adalah sebuah pilihan yang di dasari fondasi prinsip keimanan dan ketaqwaan.


Quote :

"Hidup adalah keluesan berprinsip,dimana hati dan pikiran harus seirama dengan iman dan taqwa"

                                                                        ----- By. Leny Dy                
                                    
#dan saya sedang berusaha keras untuk itu.
Besertakulah selalu ya ALLAH… =)

dan aku heran dapat kata itu dari mana... "keluesan berprinsip"...hahahaha opo kui..... =P

Kamis, 15 Desember 2011

AYAH :RINDU:

AYAH….

AYAH  makna harfiahnya adalah suami ibu yang berarti dia adalah orang tua. Ayah unttukku sebutan itu berbeda makna dengan Bapak. Iya seorang Ayah yang seyogyanya melindungi istri dan anak mereka. Bukan menjadi tulang punggung saja dalam focus hidup yang aku inginkan. Ayah lebih dari sekedar untuk memberikan kita makan, bukan untuk segala pembiayaan kebutuhan. Ayah lebih kepada harapanku menjadi seoarang penentram. Yang ketika marahku dia mampu mengeluku dengan segudang  kata kehangatan,yang membelai ku dengan segala ketulusan.

AYAH adalah keseimbangan hidupku. Dimana kananku berdirinya dia dan dikiriku ada Mama. Bagaimana bisa semua itu tidak sempurna.
Jelas tidak sempurna ketika aku hanya bisa menggambarkan Ayah dari bayangan bayangan yang tertuang pada sebuah kepingan kata yang terkumpul. Rasa rinduku pada AYAH apakah lebih besar dari rinduku padaMU TUHAN. Aku tidak tahu. Karena baiknya Engkau adalah belum membiarkanku mersakan kasihnya yang teramat. Dan ketika aku membutuhkan keseimbangan dan aku terbayang aku bersyukur rasa sakitku mungkin tidak lebih besar dari pada rasa sakit sodara sodaraku yang telah ditinggalkan ayah yang senantiasa mengasihi mereka.

Namun TUHAN aku tak mampu memendam,
aku tak mampu seoalah “tidak apa” seolah semua “baik baik saja”.
Bukankan itu bohong TUHAN.

Aku ingin sekali beradu muka dengan AYAH.
Entah apa yang aku rindukan darinya.
Apakah matanya? Apakah bibirnya? Apakah suaranya? Atau apakah hanya inginku sekedar melihat bagaimana Ayah.

Namun ternyata aku hanya perlu berkaca untuk melihat Ayah.
Sosoknya ada padaku.
Tapi apakah semirip itu denganku TUHAN. !
Apakah dia memiliki mata yang sedikit kelopak sepertiku? Memiliki bibir yang tebal sepertiku atau memiliki hidung yang kurang mancung sepertiku?.
Seberapa tinggi Ayah dariku TUHAN. ?
Apakah sama ? apakah lebih tinggi atau mungkin justru aku mengunggulinya.
Apakah Ayah telah beruban. 
Kalo iya kemarikan biyar aku ambili di sore hari..

Apa Ayah sering kelelahan..
kemarikan biyar aku pijat….
Jika Ayah Lapar bawakan sini biyar aku ambilkan makan…
Saat Ayah sakit biyar Ayah kemari untukku rawat
AYAH… AYAH kemarikan TUHAN … aku ingin bersamanya dihari tuanya..

biyar aku pijatkan pundaknya.. biyar aku suapkan makan kemulutnya..
biyarkan aku menjadi makmumnya…
AYAH dimana…. Kembalilah pulang ayah,,
biyar  aku melihat..
biyar aku tahu Suka dan tidak sukanya Ayah padaku..

Marahi aku Ayah,, kata mereka aku nakal…
pukul aku Ayah saat aku malas ibadah..
Ayah…. Datang
tidak akan pernah aku tutup pintunya…
akan aku siapkan secangkir teh hangat untuk ayah..
kusiapkan air hangat untuk Ayah mandi..

datang Ayah,,
aku telah lama belajar memasak..
agar Ayah suka dan mau lebih lama di rumah…
puji aku pada kecantikanku...
cemooh aku pada kejelekanku...

ingatkan aku pada keliruku...
datanglah AYAH,,
nasehati aku untuk bagaimana hidup...

Ayah datanglah..
untuk nanti bagiku...
saksikan aku bersatu dengan sebuah cinta…
memberiku petuah sebelum hari H..
dan akan menjadi wali untukku padanya..
memberiku sedikit air mata pelepasan...
sentuh pundaku untuk sebuah kerestuann dan kerelaan

dan disuatu ketika ayah lelah..
bermainlah kemudian dengan cucumu dariku…
biyar mereka hapus penatmu Ayah…

Dan ketika tiba masa engkau terpejam selamanya..
biyarkan tetapku disampingmu..
mengiringi pergimu dengan doa..

dan sebuah kalimat penghantar…
Aku menyanyangimu AYAH…

Quote :

"Kepatutan berharap di ukur dari sebuah NIAT"

                                                                                  ----By. Leny Dy

Rabu, 14 Desember 2011

Dari Hati :Sebuah Rasa:

Memang sudah berubah. Dan berharap apa aku. Tidak akan ada peluang. Yang baik sekarang yang harus aku lakukan adalah menerima dan berdoa yang baik untuk siapa saja yang ingin bahagia meskipun tanpa aku. Tidak muluk muluk sebenarnya doa saya …. Sederhana kog menurut saya

TUHAN,,
dan ketika yang kupandang enggan tunjuk rupa..
tak apa,,aku rela terima..
bersimpuh meminta tetap padaMU kemudian..

ketika hati merasa kecil,,, 
seketika itu mohon rubah dan lapangkan…
dan ketika sebuah kerelaan hanya niat..
maka kemudian bantu  tetapkan…

TUHAN,,, 
memintakan bahagianya adalah kesungguhan..
jangan dengarkan ratapku itu hanya seujung waktu..
waktu yang kala aku merasa rindu…
sebuah harap ke egoisan…
sebuah ingin tanpa kesadaran…

TUHAN ..
sungguh tak ingin jadi pendosa diri ini
memaksakan kehendak hati..
biyar aku menggila dalam ke pedihan
tak akan lama TUHAN,,
ku pastikan sebentar..
tak berkala…. Dan akan berujung


Biyar aku menangis … biyar keras biyar lantang..
biyar  terbunuh semua angan yang memberatkan…
untuk kemudian…
buat senyumnya adalah sebuah kegembiraanku TUHAN… 

TUHAN…
tak apa sudah tak bersama…
tak apa tak lagi berdua…
semua ku terima saja
tak harus bingung nanti bagaimana…
adaMU,,telah cukup sudah … 
AKU BAHAGIA…..


Quote :

"Doa adalah pengharapan terbaik kepada TUHAN untuk sebuah kehidupan"

                                                                                  ----- By. Leny Dy

Selasa, 13 Desember 2011

BOSAN berkeluh

Menghentakan kaki di kebosananku…
menggoyangkan pena diantara ibu jari dan telunjuk  kanan
jelas dalam waktu ku menunggu,..


Arghhh.. aku bossan TUHAN
baiknya bagaimana aku…???
tak ada yang terpegang untukku kerjakan…
Bersiul ringan seolah seekor burung sudi datang meramaikan..
lirik kanan kemudian ke kiri..
mana… masih saja sepi


Semenit kemudian melamun…
kacau TUHAN..
pikirku bermain tak berbatas..
kemana saja dan bagaimana saja dia mau…
makin lama bisa bisa aku terlena…
lantas lupa….

Aduh TUHAN..
ramaikan hari ku..
biyar aku tak banyak berkeluh….



Quote :


"Kebosanan adalah sebuah cermin penunjuk keterbatasan TUJUAN HIDUP"


                       ---- By.Leny Dy

Senin, 12 Desember 2011

25 November 2011,Jum'at 

Pelataran Aula Masjid Baitturahman Simpang Lima Semarang.


di bawah itulah kajian oleh pak Saratri.

Subhanallah ketika aku mengikuti Maiyahan di Semarang. Pertama kali dan merupakan rekor Maiyahan terlama mungkin. Tidak ada rasa kantuk sedikitpun ketika Cak Nun masuk untuk mengisi. Dan memang benar beruntung buat aku bisa mendengarkan suara Noe yang memang benar benar bening yang disertai dengan punggawa Letto lainnya. Cak Nun pun sempat menyinggung lirik lagu putranya yang kedengarannya seperti lagu cinta namun memilki makna yang berbeda, dan pengkonotasian yang berbeda dari pandangan masyarakat pada umunya.Lirik Lagu Letto seungguhnya diperuntukan dan ditujukan atas kecintaanya dan kerinduanya pada TUHAN. Dan aku adalah satu dari sekian banyak orang yang telah salah memaknai lagu lagu Letto.


begitu banyak hal yang aku dapat malam itu. batin semua tentang batin.

Ketika Cak Nun bertanya kepada Jemaah Maiyah, “Siapa yang ada di hatimu?” pertanyaan sepele memang tapi menumbuhkan pergolakan dibatinku. Jelas tidak terlihat aku merasa mamang tentang hidupku setelah itu. Meskipun aku tertawa mengikuti kelucuan Jemaah lainya. Tapi saat diam aku berpikir. Siapa yang ada didalamnya dan harusnya siapa yang ada di dalamnya. Ketika Cak Nun berkata Tuan Rumah Hatimu haruslah ALLAH SWT dan yang mengenalkan ALLAH pada manusia yaitu Rasulullah SAW.
Tertampar rasanya jiwa ku. Seperti telah salah hidup ku selama ini. Aku mengisi hatiku dengan banyak orang di dalamnya. Yang aku tahu hanya Cinta kepada “siapa” yang harus dikuatkan dalam hati. Aku sadar benar aku berfikir siapa yang ada di dalam hatiku adalah dia “orang” manusia yang sesungguhnya tidak memilki kuasa dan pemberdayaan pada hidupku. Sadar benar aku telah salah memenuhi hati ini akan sesuatu dan sesorang bukan TUHAN. Dan aku melupakan TUHAN(bukan lupa,hanya tidak membwa tuhan di dlam Hati setiap saat setiap waktu). Aku sholat,mengaji,bersholawat ber dzikir ketika itu TUHAN mengisi hidupku memang. Namun setelah aku ingat ingat kembali setelah aku tidak bersama TUHAN dalam artian aku meperdekatkan diri dengan kewajibanku sebagai seorang yang beragama,namun aku melalaikan TUHAN setelah pelaksanaan kewajiban.
Begitu banyak yang bisa aku contohkan betapa banyak yang tidak menempatkan TUHAN sebagai Tuan Rumah hatinya.

Aku mengingat kembali bagaimana ketika kita sedang jatuh cinta. Begitu yakin bahwa yang ada di hati kita adalah Dia “orang”. Mendengar perkataan Cak Nun sungguh membutaku entah apa istilahnya tergugah atau apa. salah selama ini pemaknaan isi hati. Ada harapan besar bahwa aku ingin benar benar tidak menyelingkuhi TUHAN. Aku sangat ingin ketika aku memuja muji TUHAN aku tidak akan melupakannya seketika. Seperti dulu aku berkata  I Love you pada “pacar” yang perasaan itu tidak akan berkurang dan berubah meskipun kita ditempat yang terpisah bahkan jarang sekali berjumpa. Aku ingin memastikan ALLAH SWT dan Rasulullah SAW benar benar menjadi Tuan Rumah bagi hatiku. Meskipun untuk seorang yang sepertiku tidaklah mudah. Aku ingin ketika aku memuja dan memuji keDUAnya aku tidak terus lupa seketika. Contoh tentang Musa yang diceritakanpun menyadarkan bahwa ALLAH berkuasa atas diri kita. Mau diapakan dan bagaimana kita pasrahkan padaNYA. Yang pasti yang terpenting yang harus dilakukan seorang umat adalah menghadirkan diriNYA dimanapun kita dan bagaimanapun kita. Aku berharap ALLAH selalu besertaku.

Maiyahan malam itu sungguh sangat bermakna bagiku. Ulasan dari Cak Nun benar benar mebuat aku berfikir keras..sangat keras untuk selanjutnya memikirkan apa hidupku selama ini dan bagaimana aku harus memperbaiki hidupku sekarang dan untuk nanti.



Di malam itupun,ada juga sebuah kalimat yang aku ingat “ Dewasa adalah ketika kita siap dan mau berbuat apa yang tidak kita sukai,, dan kita mampu untuk tidak berbuat apa yang kita sukai”..(kurang lebih begitulah yang aku tangkap,,tidak tepat seperti itu juga perkataanya,itu intinya). Aku mengkaji itu sendiri menurut pandangan dan pendapatku. Yang berusaha untuk kemudian aku terapkan ke dalam kehidupanku. Yah kembali itu sangat tidak mudah. Dewasa secara umur mungkin aku bisa,tapi untuk dewasa secara pandangan,pemikiran aku belum mampu ternyata. Ada banyak hal yang me”minus”kan kehidupanku. Dimana aku hanya mau melakukan pekerjaanku( dunia kerja ) saja dan tidak ingin mengerjakan yang lainya,egois dengan hanya mementingkan kebutuhanku.semua mulai aku pelajari dan aku pahami. Agar bersikap lebih baik dan bijak dalam Hidup bersosialku.

Aku sadar benar aku bersifat arogan ditempat kerjaku. Aku merasa aku bisa untuk semua. Dan aku menunjukannya dan dalam hati juga pikiranku pun aku “merasa”. Cak Nun berkata orang yang besar dan hebat itu tidak pernah merasakan dirinya itu seseorang yang Hebat. Mencontohkan “P”. Yang datang untuk menolong seseorang yang jatuh ke dalam sumur. Yang sebelumnya telah ada “TS” namun mereka tidak berani menolong karena dikwatirkan ada gas yang bisa mebahayakan kalo kita turun. Namun dengan kesigapan dan keyakinan “P” mengambil seutas tali yang dinyalai api,untuk mengetes apakah ada reaksi gas atau tidak. Dengan tindakan “P” korban berhasil diangkat ke atas. “P” dipandang sangat hebat,namun baginya itu adalah hal yang biasa dan dia tidak merasa dirinya itu hebat. Lantas apa aku telah merasa hebat dan sok bisa,padahal aku tidak menyelamatkan siapapun aku hanya melakukan kewajibanku dalam bekerja,harusnya itu normal dan tidak perlu mendapatkan apresiasi apapun. Aku bukan seorang yang hebat lantas bersikap layak seorang yang hebat. Itulah salahku kemudian yang aku sadari. Dan kemudian aku yakin, Bersikap rendah diri adalah sikap seorang yang besar,bukan dimata manusia manapun atau siapaun,besarnya adalah dihapan TUHAN.


Ada saat aku harus melihat sebuah kejadian yang tidak aku sangka.

Dan ketika aku harus melihat bagaimana Cak Nun dan satu anggota Kiai Kanjeng menangis karena ungkapan pak Sugiyono (tukang becak,demak). Bagaimana dia menyampaikan yah meskipun tidak secara langsung “menTarifkan” Cak Nun dan Kiai Kanjeng. Dari situpun aku belajar bagaimana seseorang dengan keteguhan seprti Cak Nun mengajak kita berkontribusi pada kebaikan. Mengingat umur dan segudang penglamanya. Tidak akan pernah ada nominal yang bisa untuk membayarnya. Sebuah ketulusan memang tidak akan bisa terbayarkan oleh seberapa banyak nominal yang ditawarkan. Tetap ada harga untuk mereka namun itu bukan tarif yang pasti. Harga itupun bukan untuk menilai seberapa rupiah untuk bisa menghadirkan mereka. Tapi harga sebuah hidup untuk keluarga keluarga yang mereka harus tinggalkan demi menyebarkan ajaran ajaran kebersamaan,ajaran untuk manusia lebih kenal pada TUHANnya.

Bukan kah itu luar biasa. Menurutku sangat luar biasa. Cak Nun terlihat lelah sesungguhnya malam itu. Namun mobilitas mereka sangat besar sampai sampai tidak memandang seberapa besar tenaga yang harus mereka keluarkan untuk ini. Cak Nun meyakini tak perlu ambil pusing. Tetap bisa hidup dimanapun dan bagaimanapun, selagi ALLAH ada dihati kita menjadi pedoman kita. Maka DIA lah yang akan menjaga kita. Bukan presiden,bukan tentara,bukan polisi dan bukan siapapun. Urip “gasruk” wae

hadirkan ALLAH di dalam hidup kita.setiap saat setiap waktu dalam kondisi kaya miskin,susah senang. dan aku berusaha menuankan ALLAH SWT dan Rasulullah SAW dalam hati. agar ketika kita hidup selalu dalam petunjuk dan bimbingaNYA.  Semoga ALLAH selalu beserta kita.



Urip Manunggal Gusti


Maiyah Gambang Safaat 25 Nopember 2011 yang lalu benar-benar mencatat rekor karena bertahan nyaris sampai subuh datang, "gara-gara" tangisan Mas Sugiyono, tukang becak dari Demak yang demikian setia ber-maiyah di GS. Malam itu para jamaah juga mendapat rejeki dari Allah karena Letto juga turut menaburkan cahaya cinta. Benar-benar malam yang penuh rahmat dan barokah. Para malaikat berseliweran mengikat hati para jamaah agar tetap terpelihara dalam ketauhidan sekaligus merekatkan cintanya pada kekasih Allah, Rasululullah SAW. Rasanya tidak mungkin mencintai Allah tanpa membayangkan orang yang mengenalkan allah kepada kita, yakni Rasululllah SAW.
Cak Nun juga mengingatkan agar Allah tetap dijadikan tuan rumah dan Rasululllah sebagai penjaga pintunya. Hanya Allah SWT yang bisa masuk dalam hati kita, sedangkan dunia dilarang memasukinya kecuali dalam relevansinya dengan Allah. Orang Jawa bilang "manunggaling kawulo gusti" . Sebuah ungkapan filsafati-teologis yang luar biasa dahsyatnya. Manunggaling kawulo gusti berarti, jika engkau mencintai Allah, berarti harus pula mencintai ciptaanNya. Jika para pemimpin bilang cinta dan taat kepada Allah, maka ia harus cinta kepada rakyatnya. Jika ini diingkari, maka rasa cinta itu hanya palsu.
Para pejabat di Barat, termasuk Jepang dan Korea, yang tidak pernah mengklaim Pancasilais, justru lebih "islami" dari kita yang setiap tahun pergi haji, rajin kursus ESQ dan sholat khusuk.Misalnya mereka langsung mundur jika merasa gagal dalam menjalankan tugas. Benar kata Gunnar Myrdall, bahwa kita adalah bangsa yang lembek, atau soft state . Berbagai kasus korupsi dan ketidakprofesionalan terus mendera mereka. Hampir tidak ada institusi kita yang tidak cacat dalam menjalankan tugasnya, bahkan termasuk KPK, Mahkamah Konstitusi, atau partai "Islam" yang selalu mengklaim menempatkan Allah di dalam ideologi partainya yang katanya dipercaya sangat bersih itu.
Jika manunggaling kawulo gusti dilakukan, mestinya harus ada ikatan batin antara pemimpin dan yang dipimpin. Dalam pustaka politik moderen yang dikembangkan di Barat, misalnya oleh Ronald Pennock dalam Democratic Political Theory (1979). Dalam buku tersebut ia mengingatkan bahwa setiap organisasi politik yang tangguh, lebih-lebih yang demokratis, membutuhkan "ikatan" bersama yang antara lain berupa kesetiaan dasar. Namun Pennock menegaskan bahwa kesetiaan yang hakiki adalah ikatan yang didasarkan pada sesuatu yang lebih menggerakkan perasaan, yang hangat dalam lubuk jiwa dan nurani, dari hanya berdasarkan seperangkat prosedur belaka. Untuk kita jamaah Maiyah, yang dimaksud Pennock tersebut dapat kita terjemahkan bahwa Allah harus senantiasa mengisi hati kita.
Di negara-negara liberal sebagaimana diajarkan JJ. Rousseau dkk, dikatakan bahwa pengertian Negara diartikan hanya sebatas perjanjian antarindividu yang bebas untuk melindungi hak asasinya. Dengan demikian negara merupakan social-contract vertrag . Dari filsafat ini muncul istilah pemerintah dan yang diperintah. Hubungan ini bersifat timbal balik, sehingga agar negara dapat berfungsi, diperlukan kebebasan berpendapat, yang dicapai dengan cara volonte generaledan bukan volonte de tous lagi.
Alhamdulillah, sebenarnya dalam pembukaan UUD 45 sudah disinggung tentang Allah. Dalam Pembukaan UUD 45, para Founding Fathers dengan jelas merumuskan: "Negara berdiri pada berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas" .
Dari konstruksi rumusan tersebut nampak bahwa Negara bukan perjanjian antarindividu (apalagi partai politik) atau perjanjian timbal balik ( vertrag ), namun merupakan sebuah kesepakatan satu tujuan ( gesamt-akt ). Akibat lebih jauh, dalam pengertian tersebut tidak ada yang namanya "pemerintah" dan "yang diperintah", namun yang ada hanyalah rakyat dan "penyelenggara negara atas nama rakyat".
Dengan demikian Negara mestinya mengatasi semua paham atau golongan, dan agar filsafat ini berjalan baik, maka kantor harus merupakan penjelmaan cita-cita rakyat. Prof. Soepomo pernah memperkenalkan istilah negara integralistik , yang intinya mestinya tidak akan ada perbedaan pandangan antara negara (pemerintah penyelenggara negara) dengan rakyat, karena penyelenggara negara itu pada nama rakyat. Karenanya, pemerintah mestinya seorang pemimpin yang sejati, yakni yang mampu menjadi indikator ke arah cita-cita bersama yang adil.Dengan demikian ada keseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos, serta ada kemanunggalan antara "kawulo" dan "gusti".
Penyelenggara negara atau pemimpin sejati harus rajin memeriksa denyut nadi masyarakat yang "mempekerjakannya" sebagai pemimpin, dan di ujungnya pemimpin harus memberi bentuk ( gestaltung ) kepada rasa keadilan dan cita-cita rakyat.

Jangan menyelingkuhi Allah

Manunggaling kawulo gusti mestinya juga sebuah dialektika, bahwa ketauhidan itu juga harus horizontal, sekaligus vertikal. Dalam term kepemimpinan, maka harus ada penyatuan atau integrasi sosial antara yang dipimpin dan yang memimpin. Kekayaan Negara, perangkat pemerintahan, sistem demokrasi, dst, adalah serangkaian syariat yang harus "ditransformasikan menjadi cahaya". Ini sebuah tauhid ba-syariyaah yang harus mencair dan melembut, menelusup ke sel-sel darah dan hati kita semua. Semua yang bersifat materi ditransformasikan menjadi cahaya Allah.

Tauhid ba-syariyah akan awet. Amanah kepemimpinan diputar dan dienergikan untuk menjadi bentuk perohanian horizontal sekaligus vertikal. Kekerasan lambang kematian karena jenazah itu kaku dan keras. Sebaliknya kelembutan. Energi kepemimpinan harus diabadikan. Yang terjadi di negeri ini, kita sangat rajin berbicara, Allah ada di hati kita, apalagi para pemimpin sangat fasih ber "assalamualaikum" ketika berpidato, namun ujungnya tetap menyelingkuhi Allah. Ketika Anda mengatakan " I Love You "kepada istri Anda, ucapan ini tentu terjadi kapan saja dan dimana saja, demikian cerita Cak Nun. Jadi tidak bisa ketika di rumah bilang I love you , dua jam kemudian ketika berada di kantor kesadaran itu hilang, apalagi jika dalam waktu yang lama. Kalau di rumahI love you , tentu di kantor, di jalan, di hotel, atau di mana saja, kesadaran  I love you itu terus ada di dalam hati Anda. Jika kesadaran itu hilang, sehingga istri Anda tidak menjadi pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, apalagi Anda I love you dengan wanita lain, maka ini namanya sudah khianat dan dalam bahasa gaulnya disebut selingkuh.

Hal yang sama juga terjadi I love you kepada Allah. Ketika syahadat, ketika sholat, ketika di Masjid, kita selalu bilang I love you kepada Allah. Hal yang sama juga harus terjaga. O ya, apakah kita yang sejak lahir sudah taken for granted sebagai muslim sudah pernah berucap sahadat dengan sadar dan diucapkan secara khusus seperti seorang mualaf? Tampaknya belum.Sahadat kita hanya konsekuensi dari ibadah sholat kita dst. Wajar jika Allah sering hilang, meski hanya sepersekian detik dari kesadaran kita, padahal pada detik itu kita sedang menandatangani kuitansi proyek ratusan miliar misalnya. 

Jika Tuhan hilang sepersekian detik saja dari kesadaran kita, maka kita juga selingkuh. Padahal Tuhan begitu dekat, bahkan di urat leher dan nadi kita. Dalam Islam dikatakan Allah Swt ada di dalam setiap hati yang beriman, dan dalam pandangan kaum Nasrani: " Pemerintah Alah ada di dalam hatimu "

Hilangnya Allah dari kesadaran hidup kita merupakan hal yang "wajar", karena manusia adalah tempat lupa dan manusia itu lemah. Yang penting kesadaran untuk selalu menghadirkan Allah harus selalu dilakukan. Jangankan kita orang awam, manusia sekelas Musa saja pernah "lupa" pada Tuhan meski sepersekian menit. Sahdan ketika Musa dan bala pasukannya tengah dikejar oleh Fir `aun, mendadak perut Musa sakit yang luar biasa. Musa kemudian mengadu kepada Allah. Setelah itu muncul suara gaib agar dia naik ke gunung dan makan daun-daunan. Musa langsung berlari mendaki gunung, dan sebelum sampai menggapai dedaunan, sakitnya sembuh total.

Pada hari yang lain, Musa juga mengalami sakit perut yang serupa. Tanpa basa-basi Musa langsung naik gunung dan makan daun sebanyak-banyaknya, namun sakit perut itu tidak kunjung sembuh. Musa langsung protes kepada Allah, mengapa tidak seperti dahulu langsung sembuh. Allah pun menjawab "Hai Musa, ketika pertama kali kamu sakit perut, kamu masih sempat mengaduh kepada. Namun pada sakit perut yang kedua, engkau langsung saja nyelonong tanpa ingat kepada. Apa kau kira yang menyembuhkanmu itu daun itu? Terserah Aku mau menyembuhkanmu lewat perantaraan daun, batu, kayu atau yang lainnya ".
Cerita ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini, yang berkuasa adalah Allah dan sebagai umat kita diwajibkan untuk selalu menyertakan dalam setiap gerak langkah, agar hidup kita dituntun ke jalanNya. Jika setiap saat kita merasa diawasi Allah, maka kita akan malu untuk berbuat jahat atau korup.
Karenanya, para koruptor itu orang yang sedang selingkuh terhadap Allah, karena dia melakukan perbuatan yang tidak disukai Allah. Dalam diri para koruptor Allah dianggap tidak ada, atau setidaknya dianggap tidak melihat. Padahal uang yang dikorup itu juga milik Allah SWT. Allah tentu "tertawa" melihat ulah koruptor ini, yakni mentransfer uang dari kas negara ke dalam rekening pribadinya. Uang milik Allah ini tidak hilang namun hanya berpindah tempat.Allah tentu bertanya: apa yang dapat kau curi dariKu?
Ini berbeda dengan kaum sufi, di mana mereka sangat merindukan kepada sesuatu yang absolut yakni Tuhan. Mereka menomorsatukan Tuhan di atas segala sesuatu yang lain. Menjadi sufi bukan berarti meniadakan dunia, namun upaya bagaimana tangan tetap bekerja, sementara hati terus menyatu kepada. Menurut Al Ghazali, pengetahuan diri yang sejati terdiri dari pengetahuan tentang: siapa dirimu, darimana kamu berasal, akan kemana dan tujuan apa kamu tinggal disini untuk sementara waktu? Terdiri apa saja kebahagianmu dan penderitaanmu? dst. Orang yang sampai pada tataran sufi, bisa jadi penampilannya biasa-biasa saja, sama dengan tetangga kiri kanannya, namun batin mereka berseri-seri karena kehadiran Tuhan.
Ada empat tingkatan untuk menjadi seorang sufi, yakni: tingkatan pertama adalah syariah , yang berisi landasan moral atau etika, dan ini ditemukan pada semua agama. Dalam bahasa Arab syariah berarti "jalan", jalan untuk menuju kebenaran sejati. Tingkatan yang kedua adalahtariqah . Secara harfiah tariqah berarti jalan menuju gurun pasir yang dilalui suku Badui. Karena melalui gurun, maka jejak menjadi tidak terlihat. Tariqah adalah laku batin agar jiwa orang menjadi bersih dan murni. Tingkatan ketiga adalah haqiqah yang mengambil pengalaman langsung pada kehadiran Tuhan ke dalam diri. Tanpa pemahaman batin ini, laku atau ajaran yang diikuti hanya mekanis sifatnya. Sedangkan tingkatan paling tinggi adalah ma'rifah yang lebih dari sekedar pengalaman spiritual sesaat. Dalam tingkatan ini keselarasan dengan Tuhan dan kebenaran akan terus menerus bertahan.
Dalam tingkatan syariah "rumus" yang terjadi adalah: milikmu dan milikku . Yakni hukum yang menjamin hak-hak individu dan hubungan etika diantaranya. Pada tingkatan tareqah terjadi rumus: milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku . Disini ada hubungan persudaraan yang kental. Pada tingkat haqiqah rumusnya: tidak ada milikku dan tidak ada milikmu . Ini tingkat kesadaran bahwa manusia tidak memiliki apa-apa karena semuanya hanya milik Tuhan.Manusia hanya mengemban amanah, dan ini melampaui terhadap pengikatan diri terhadap duniawai, pangkat, jabatan, ketenaran, kekayaan, dst. Sedangkan pada level ma'rifah rumusnya: " tidak ada aku dan tidak ada kamu ", karena yang ada hanyalah Tuhan.
Kita harus meyakini cinta dan kekuatan Allah, dan maiyah yang kita lakukan ini hanya satu tujuannya yakni agar Allah dan kekasih menjadi tuan rumah hati kita. Kita sangat kecil dan lemah sampai keluatan Allah yang kita pegang teguh dalam Maiyah. Untuk diteerima Allah Persyaratan hanya keikhlasan, karena apapun kejadian di dunia ini tidak membuat kita "patheken ", asal Allah tidak marah kepada kita. Kalau ini dipenuhi, maka Allah akan menganugerahkan kemenangan, kasih sayang dan pertolongan.
Jamaah harus tulus lelaku wiridnya, menempuh maiyah, melewati dunia, menuju Allah. Benar-benar sohibu baiti . Ya Allah Engkaulah tuan rumah hatiku.

Sumber : CAKNUN.COM

 

(c)2009 HATI LDY. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger