Dengarkan. Inilah kisah kami. dan
berhentilah berlari.
Dahulu aku tak menyangka mampu
mencintainya sedalam aku mencintai ibuku. (begitulah awal yang akan aku
ceritakan)
Aku membuatnya menjadi prioritas
kedua setelah mama. Menjadi hal yang tak bisa ku abaikan atau ku acuhkan bahkan
hanya untuk beberapa waktu di suatu keadaan. Dialah menjadi hal utama dari
semuanya.
(melihat ekspresi kalian yang
mendengarkan,mungkin dalam hati kalian berkata “waow,hehhm atau hanya sekedar
senyum yang tersimpul. Aku melihat ekspresii kalian benar benar fasih
mendengarkan. Seperti aku sedang berdongeng saja)
“lalu bagimana kisahmu berlanjut”
(itulah yang akan kalian tanyakan setelah pembukaan,aku pun tersenyum sambil
sedetik memejamkan mata untuk mengingat semuanya)
Aku melihatnya saat ada seseorang
yang aku sukai kala itu. Dia terlihat tampan memang,tapi aku tak pernah mau
melihat itu. Aku hanya mendengarnya dari setiap cerita kawan. Tentu dalam hati
aku mengakui betapa parasnya menawan hati. Sayang,hati telah tertambat pada
satu orang.
Waktu terus saja berlalu,tak ada
interaksi antara kami. Namun tetap saja aku mendengar tentangnya. Dia sungguh
popular diantara wanita. Sampai dengan tahun ke 4 ,iya tetap saja punya awal
kisah yang sama.
Namun bedanya ,dia tidak
sepopuler 4 tahun sebelumnya. Kedewasaan mengubah sedikit parasnya. Dia puber,
tidak se imut dan se lugu dahulu. Meskipun ketampanan paras tak berkurang
sesungguhnya.
“apakah kalian mulai berinteraksi
setelah 4 tahun berlalu??”(pertanyaan berikutnya dari salah satu pendengar
lainnya, gadis manis berlesung pipit bertanya. Dia cantik sekali dengan kepang
duanya.)
Belum,kami belum berinteraksi
kecuali saling melempar tatap sekilas. Dan waktu itu pula ada seseorang yang
langsung mendiami hatiku di tahun pertama ditempat yang baru. Maka itu,aku tak
pernah berusaha berharap atau mencoba untuk bisa berinterkasi dengannya.
“apakah saat itu kau menyukai
orang lain” (Tanya penasaran pendengar sulung yang begitu tampan)
iyah, ada satu orang yang lebih
mudah masuk ke hatiku dari pada dia sebelumnya. Tapi waktu berlalu,takdir kami
sudah saatnya bertemu. Dimulai dengan dimana dia berada ditempat sahabat ku
berada. Dari itulah beberapa kali kami berinteraksi. Tak panjang,hanya beberapa
kali dan saat saja.
“apakah interaksi itu membuatmu
jatuh hati padanya ?” (yah, pendengar bungsu lesung pipit yang cantik terlalu
bersemangat dengan progess kisahku. Dengan senyum lebar aku mengatakan “belum”
dan tampak ekspresi mempertanyakan.)
“jika sampai ditahun ke 5
belum,lalu kapan kisah cinta kalian dimulai??”( aku tertawa gelak ,dan sedikit
mencubit pipi cabi berlesung itu)
Keakraban kami dimulai saat itu
juga, meksipun tak terlalu mendalami. Karena di satu sisi aku sibuk dengan
hatiku sendiri. Aku lebih sering memperhatikan orang yang aku sukai dari pada
dia tentunya.
Muli dari kebiasaan berangkat
atau pulang bersama ,kisah kami benar benar dimulai dari sini. Keakraban lebih
dalam hubungan pertemananpun lebih baik. Tak kusangkan dengan dia yang sekarang
ternyata kepopuleran dia menarik hati wanita belum sirna. Banyak dari temanku
yang begitu menyukainya.
“cemburu? Apa kamu cemburu?” (si
cabi berlesung,pendengar yang energic terus saja menyauti dan memutuskan setiap
part cerita yang belum terselesaikan. Dia sungguh imut,dan hanya membuatku
tersenyum melihat tingkahnya)
Aku tidak pernah cemburu akan hal
itu, justru aku memanfaatkan hal itu untuk mencari kebanggan diri. Dalam hatiku
ketika semua orang melihat kami berada bersama dalam satu kendaraan. “wahhh
lihatlah,aku bersama orang yang kalian sukai”. Itu cukup bergengsi untukku. Dan
benar saja,aku menjadi popular juga diantara wanita wanita yang menyukainya.
Seseorang yang ada di hatiku, aku
berharap sekali dia cemburu melihat kami.
“yahhhh,,, itu cukup licik “
(pendengar yang amat tampan setelah banyak diam akhirnya mengeluarkan
komentarnya. Lalu aku hanya mengernyit dahi lalu tertawa)
Aku terlalu muda, dan hal seperti
itu cukup menyenangkan untukku kala itu. Waktu terus berlalu. Kedekatan kami
lebih jauh. Banyak hal yang kami lakukan. Dari mulai jalan jalan,taruhan atau
sekedar berkumpul kawan.
Dahulu,interaksi kami terbatas
hanya di satu tempat dan keadaan dan hanya jika kami berdekatan. Tapi untuk
beberapa waktu kemudian meskipun kami jauh interaksi dan komunikasi tetap bisa
dilakukan.
Witing tresno jalaran soko
kulino. Memasuki tahun ke 6 kami. perasaan itu sedikit berubah. Dari yang acuh
menjadi perduli, dari yang biasa menjadi menyenangkan dilakukan berdua. Dari
yang hanya sekilas melihat sekarang saling menatap.
“sudahkan cinta,lalu bagaimana orang
yang sebelumnya ada di hatimu?” (mulai mengubah exspresinya, pendengar cabi
berlesung ini mengexpresikan keheranan sedikit mengernyit dahi sambil
memanyunkan bibir tipisnya)
Yang dihati tetap dihati,
dia menjadi bagian diri yang tak akan dimegerti selain hati..
bahkan orang yang kini ku cintai atau yang berada disisi..
dia pun tak akan paham,arti manusia satu ini....
“jadi kau mencintai dua orang
sekaligus??” Tanya sulung lalu (aku melirik kesamping,menggenggam tangan lembut,lalu
tersenyum,dan melihat tatapan yang tetap hangat meskipun pertanyaan ini muncul kembali)
Cintaku hanya satu. Dan yang
tinggal dihati ku adalah semua karena kebaikannya. Tentang kebaikannya, karena
itu dia tak pernah pergi dari hati. Yang tinggal tetap tinggal,yang datang akan
tinggal.
Kisah kami tidak pernah di selipi
hal menyebalkan. Sampai waktu mungkin akan memisahkan kami. tentu pasrah jadi
pilihan diri. Dalam hati ku tegarkan,mungkin ini akhirnya, kami tak akan jumpa
satu sama lainnya.
Tapi takdir tuhan tak ada yang
dapat menerkan, kata cinta terucap. Mulai saat itu aku menictai,dan dia
mencitaiku, jarak bukan belenggu. Setiap pagi siang sore malam tak pernah tak
ada kita. Berlalu terus berlalu masuk ke tahun demi tahun. Sayang, jenuh pun
tetap menjadi hal mengerikan.
Di tahun ke 9 ,jenuh itu
memuncak. Entah sebab yang di utarakan adalah ke utamaan, atau memang jenuh
yang mendasar. Kami berpisah.
“kamu pasti sedih”.. (ehhmm,,
pendengarpun prihatin. Simpati memuncul di rautan wajah mereka)
Sedih menjadi hal tak
terkendali,,
jika perumpamaan, hariku tak pernah diliputi sinar..
gelap saja semesta…runtuh saja semua
Aku menjadi gila, perasaan naik
turun. Menangis saja seharian. Kehilangan semua kebiasaan sampai aku menjadi
buta, berubah menjadi orang tak terkendali pikir dan hatinya. Menjadi diriku
yang katanya tak bisa dipahaminya.
Mudah saja,, hanya 2 bulan
berselang aku mendapatkan pengganti. Dan dimatanya aku menjadi bukan aku.
Kompleks sekali, masalah ini menjadi rumit. Setelah aku terdapati bersama yang
lain. Dia malah datang,dan menunjukan ketidak relaan. Setelah pertumpahan
argument,setelah cacian dilempar padaku dari pihak pihak yang tak terima.
Aku menyerah saja, dua duanya
baik dia atau orang yang baru aku tinggal semua. Tapi dasar kenagan cinta yang
lebih besar. Beberapa waktu kemudian kami dipersatukan kembali.
Terasa lebih bahagia,cinta kami
terasa lebih menyenangkan. Waktu kami lalui dengan lebih banyak perhatian lebih
banyak hal yang menyenangkan. Kami saling mencoba mengertikan satu sama lain.
Tapi ditahun ke 11 , semua hal
yang menyakitkan harus aku rasakan. Benar benar hal yang tidak terduga.
“apa, kalian terpisah kembali???”
(pendengar sulung yang tampan tanpa kedip mempertanyakan. Dengan penuh tekanan
pada intonasi. Lalu aku kembali menoleh,melirik dan menatapnya. Menggenggam
tanganya lalu tersenyum lebar dan membelai wajahnya)
“kami terpisah, lalu entah
bagaimana kami bersama di sini. Menceritakan masa lalu kepada cucu” suara lirih
pria tua yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan celotehanku.
“bagaiamana bisa kisah kalian itu
terpotong begitu saja, harus sampai bagaiman bertemu dengan the end oppaa”
bukankah ini sudah masuk the end, Happy ending is mine. Kalian ada untuk
mendengarkan cerita nenek dan kakek paruh baya.
Kalian cucu yang begitu istimewa.
Suatu
hari akan ada masa dimana aku menceritakan kisah cintaku yang tertanam jauh
kepada mereka yang akan dengan baik mendengarkannya. Yang akan tertawa pada
kisah lucu dan simpati bahkan menagis saat sampai pada cerita sedihku. Jika
waktu itu tiba, aku ingin dia yang ada dalam cerita sudah bahagia dan tertawa
bersama pada saat itu di sisiku entah di sisi kehidupan lainnya.